6 Bangunan Kuno Kota Lama untuk Spot Foto Aestheticmu

Gedung Marba terletak tepat di depan Taman Sri Gunting, tepatnya Jalan Let. Jend. Suprapto No 33 Semarang. Bangunan ini dibangun pada pertengahan abad XIX, merupakan bangunan 2 lantai dengan tebal dinding ± 20 cm. Yang memprakarsai berdirinya bangunan ini adalah Marta Badjunet seorang saudagar kaya dari Yaman.

Maka tak heran untuk mengenang jasanya gedung ini dipanggil dengan singkatan namanya yaitu MARBA. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, ekspedisi muatan kapal laut. Namun saat ini tidak ada aktivitas didalamnya dan hanya digunakan sebagai gudang.

Salah satu landmark kota Lama Semarang adalah Gereja Blenduk atau sering pula orang menyebutnya Gereja GPIB Immanuel. Nama Blenduk mengacu pada bentuknya yang bulat menggembung, tapi hingga saat ini nama aslinya belum diketahui.

Gereja ini dibangun pada tahun 1753. Gedung yang bergaya Neo-Klasik ini memiliki bentuk yang menonjol dengan kubah bulatnya. Lokasinya berada di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang. Bangunan ini masih digunakan sebagai tempat peribadatan hingga sekarang setiap hari Minggu.

Gedung H. Spiege yang terletak di Jl. Letjend Soeprapto no. 34 dulu dikenal sebagai Toko NV Winkel Maatschappij yang menjual pakaian dari merk-merk ternama hingga dekorasi rumah seperti lampu minyak buatan Amerika. Perusahaan ini pertama kali dibangun pada 1895 oleh kongsi pengusaha Austria-Hungaria keturunan Yahudi, yaitu Moritz Moses Addler (1854-1927), Herman Spiegel (wafat 1911), dan Ignacz Back (1873-1955).

Tuan Herman Spiegel diangkat menjadi manajer perusahaan ini dan menjadi pemiliknya dalam jangka waktu lima tahun. Pada 1908, perusahaan ini menjadi PT, namun setelah berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda, gedung ini semakin lama semakin bergeser dari fungsi awalnya. Bahkan sempat difungsikan sebagai gudang dengan kondisi terbengkalai dan tidak terawat. Barulah pada 8 Juni 2015, gedung ini menjadi Spiegel Bar & Bistro yang menjadi resto instagramable di Kota Lama Semarang.

Gedung yang terletak di Jl.Cendrawasih 23 Semarang ini memiliki ciri yang unik, yaitu adanya dua patung semut raksasa di atapnya. Nama asli Gedung Marabunta sebenarnya adalah Kemedi Stadschouwburg. Kemungkinan besar Marabunta dipakai oleh masyarakat Eropa untuk mementaskan karya seni drama. Marabunta mempunyai arti penting dalam perkembangan seni pentas terutama drama, tari dan musik di Semarang.

Yang mengejutkan, gedung indah ini pernah menjadi tempat pertunjukan seorang spionase cantik bernama Matahari. Pada awal kemerdekaan setelah tidak dipakai lagi sebagai gedung pertunjukan, gedung ini ditempati oleh yayasan Empat Lima, yang anggotanya antara lain adalah almarhum mantan presiden Suharto dan almarhum Supardjo Rustam. Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Kodam.

Stasiun Semarang Tawang (SMT) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 meter dpl ini merupakan stasiun utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi IV Semarang sekaligus stasiun utama di Kota Semarang dan Jawa Tengah bagian utara.

Stasiun ini merupakan stasiun yang sangat sibuk karena hampir semua kereta penumpang yang melintasi jalur utara berhenti di sini. Nama "Tawang" diambil dari nama kampung di dekat stasiun ini, yaitu Tawangsari. Letak stasiun ini tidak terlalu jauh dari objek wisata Kota Lama dan Pasar Johar.

Pabrik Rokok Praoe Layar terletak di Jl Merak No 15 Tanjungmas, Semarang 50174 Jawa Tengah. Rokok Praoe Lajar adalah salah satu pabrik rokok asal Semarang yang selamat diantara industri rokok korporasi besar. Perusahaan ini memiliki tagline “Rokoknya Para Nelayan” dan konsumennya berasal dari kota Pemalang, Tegal dan Pekalongan.

Pabrik ini berada di tengah-tengah bangunan-bangunan kuno kota Lama. Tak banyak yang tahu ternyata Pabrik Rokok Praoe Lajar ini pada masa lampau adalah sebuah kantor milik Maintz & Co, sebuah perusahaan energi swasta yang pertama mengembangkan jaringan listrik di Hindia Belanda.

Maintz & Co terkena kebijakan nasionalisasi seiring meningkatnya sentiment anti asing di Indonesia karena permasalahan Irian Barat. Setelah dinasionalisasikan pada 2 Mei 1959, kemungkinan kantor Maintz & Co. digunakan sebagai kantor dan pabrik Rokok Praoe Lajar hingga sekarang.