Hobi dan Hiburan
Ada Rasa "India" di Balik Setiap Film Indonesia
Jika berbicara tentang industri film nasional, nama-nama seperti Punjabi Family, Gope T. Samtani, Chand Parwez Servia, Ram Soraya, serta HB Naveen tentu tidak bisa dikesampingkan. Mereka bisa dikatakan sebagai penggerak Industri hiburan di tanah air, khususnya perfilman Indonesia.
Beberapa film baik itu yang kontroversial maupun yang menjadi box office tidak luput dari peran para tokoh di atas. Meski semuanya keturunan India, namun ternyata mereka tidak memiliki hubungan darah satu sama lain. Bahkan, masing-masing dari mereka memiliki production house (PH) atau rumah produksi sendiri-sendiri.
Seperti HB Naveen dengan PH Falcon Picture. Meski tergolong PH baru di antara pesaingnya yang lain. Namun, Falcon Picture langsung membuktikan diri sebagai salah satu PH tersukses di Indonesia. Hal itu dapat dilihat lewat film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! yang mampu mencatatkan 6,8 juta jumlah penonton dan menjadi film dengan penonton terbanyak di Indonesia.
Kesuksesan Falcon tidak hanya sampai di situ, lewat anak perusahaannya yakni Max Pictures, Falcon Pictures juga meraih banyak keuntungan lewat film Dilan 1990 yang mampu menjaring 6,3 juta penonton. Beberapa film lain seperti My Stupid Boss, Si Doel The Movie dan juga Bumi Manusia juga menyumbang sedikitnya 1 juta penonton untuk Falcon Pictures.

Lain Falcon Lain pula Rapi Film. PH yang didirikan oleh Gope T. Samtani ini merupakan PH tertua di Indonesia. Didirikan sejak tahun 1966, Rapi Film baru aktif memproduksi film sendiri mulai tahun 1970 dengan debut filmnya yang berjudul Air Mata Kekasih.
Rapi Film juga banyak menelurkan bintang film berbakat lewat produksi filmnya. Sebut saja nama-nama seperti komedian Ateng dan Iskak, serta aktris cantik Paramitha Rusady merupakan aktor yang sering bermain dalam film produksi Rapi Film.
Di tahun 2020, Rapi Film pun tengah menyiapkan empat film yang siap tayang di bioskop dimana salah satunya merupakan film horor garapan sutradara Timo Tjahjanto berjudul Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2.

Tidak mau kalah dengan Rapi Film, Ram Soraya yang masih memiliki keturunan India juga mendirikan sebuah PH bernama Soraya Intercine Films (SIF). Dengan modal besar pada waktu itu, SIF menahbiskan dirinya sebagai perusahaan film terbesar di Indonesia.
Beberapa filmnya pun sukses meraih prestasi membanggakan dari berbagai ajang film. Seperti film pertamanya yang berjudul Budak Nafsu besutan sutradara Sjuman Jaya. Film yang dirilis pada tahun 1983 itu sukses meraih prestasi gemilang di ajang Festival Film Indonesia dan Festival Film Bandung.
Beberapa film SIF juga identik dengan genre komedi dan juga horor. Beberapa film produksi SIF yang masih kita kenal hingga saat ini adalah film yang dibintangi oleh grup lawak Warkop DKI serta beberapa film horor yang dibintangi ratu horor Indonesia, Suzanna.

Tidak sampai di situ, di dekade 2000an hingga saat ini, SIF juga sukses menggebrak perfilman nasional lewat produksi Eiffel I'm in Love (2003), kemudian dilanjutkan dengan 5 cm (2012), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013), Supernova (2014) dan Antologi Rasa (2019).
Sukses SIF di industri perfilman tanah air nampaknya tidak diikuti oleh Raam Punjabi dengan PH Multivision Plus-nya (MVP). Terhitung, hanya sedikit film yang dihasilkan sejak MVP didirikan pada tahun 1988.
Hanya tiga film produksi MVP yang sukses menembus angka 1 juta penonton. Ketiga film itu adalah Sang Pencerah (2010), Kuntilanak (2018) dan Kuntilanak 2 (2018). Hal itu bisa dimaklumi sebab MVP lebih banyak dikenal memproduksi sinetron daripada film layar lebar.

Berbeda dengan Raam, sang adik Dhamoo Punjabi malah terlihat lebih produktif memproduksi film lewat PH-nya MD Entertainment. Bersama putranya, Manoj Punjabi, Dhamoo melahirkan banyak film yang mampu diterima masyarakat luas seperti film Habibie & Ainun yang mampu meraih 4,5 juta penonton dan juga trilogi Asih Danur.
Jauh sebelum film tersebut, MD Entertainment juga sukses lewat filmnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta. Bahkan film yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy tersebut mampu meraih lebih dari 3,5 juta penonton dan memecahkan rekor penonton film Titanic di Indonesia pada waktu itu.
Terakhir, tidak lengkap sepertinya jika tidak menyinggung PH Starvision Plus yang didirikan oleh Chand Parwez Servia pada tahun 1995. Sebab, lima tahun belakangan ini Starvision Plus banyak menyajikan film-film berkualitas.
Di ajang FFI tahun lalu saja film produksi Starvision Plus yang berjudul Dua Garis Biru sukses masuk dalam 12 nominasi dan memboyong 2 Piala Citra. Selain itu filmnya yang lain seperti Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (2018) serta Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan (2019) juga mendapat tanggapan positif di masyarakat.
Melihat fakta tersebut tak dapat dipungkiri jika kehadiran para pemilik rumah produksi keturunan India tersebut banyak memberikan pengaruh positif terhadap perfilman di tanah air.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Hobi dan Hiburan
Dari Hobi Hingga Sukses Jadi Atlet Offroad, Inilah Sosok Sudirman Arsyad
23 March 2023, 18:17
Mengejar passion yang hadir dari hobi tampaknya menjadi gambaran yang tepat untuk sosok atlet offroad Tanah Air, Sudirman Arsyad.

Bisnis
Sambut Kehadiran Bulan Suci, ruparupa Gelar Program Ini
21 March 2023, 11:48
Melalui kampanye BerKah Ramadan, ruparupa gelar beragam promo untuk mendukung konsumennya dalam menyambut bulan suci yang sebentar lagi tiba.

Hobi dan Hiburan
Tiga Band Ini Sukses Ajak Nostalgia Hits Tahun 2000an di JCW 2023
20 March 2023, 14:47
Para penggemar musik di era tahun 2000an awal berhasil diajak bernostalgia menyanyikan lagu-lagu hits dari Samsons, Yovie & Nuno, serta D’Masiv di acara JCW 2023.

Bisnis
Digitalisasi Asuransi Syariah, Astralife Hadirkan Produk Flexi Life Protection Syariah
17 March 2023, 10:29
Dalam rangka mendukung umat Muslim milenial yang menggunakan produk sesuai syariah, Astralife menghadirkan produk Flexi Life Protection Syariah di ranah digital.