Berita Kawasan
Begini Alasan Sebutan "China Benteng" untuk Warga Tionghoa di Tangerang
Sebutan "Cina Benteng" memang terkenal di kawasan Tangerang. Sebutan ini pun memiliki kisah sejarah yang sangat lampau. Dulu, benteng di Tangerang hadir pada pemerintahan Belanda sebagai benteng pertahanan dari serangan pasukan Kesultanan Banten. Benten ini didirikan VOC pada tahun 1683 yang dikenal dengan nama Benteng Makassar, karena penjaganya banyak orang Makassar.
Nah, benteng ini dipisahkan oleh sungai Cisadane yang terbagi menjadi dua wilayah, sebelah barat untuk Banten dan di sebelah kiri untuk VOC. Lalu warga peranakan Tionghoa juga ikut bermukim di lahan yang diberikan VOC tersebut.

Saat ditemui di Roemboer pada 2 Februari 2020, Pakar Sejarah Tionghoa sekaligus Pendiri Museum Benteng Heritage Udaya Halim menerangkan tentang sejarah Cina Benteng. Tangerang terletak berbatasan antara Batavia dengan Banten. Dulu sungai Cisadane menjadi patokan yang membelah tangerang menjadi dua bagian, barat untuk Banten dan bagian timur untuk Batavia. “Saat Zaman perang semua ini adalah tapal batasnya,” ucap Udaya.
Bentengan di bangun Tahun 1684 yang sekarang menjadi Masjid Agung Al-ittihad. Dulunya Benteng Tangerang. Dan, di belakang benteng tersebut terdapat pecinan yang dihuni kelompok Tionghoa. Itulah mengapa disebut dengan "Cina Benteng". Sekarang, bentengnya sudah tidak ada, tapi namanya tetap melekat.
Seorang pemandu Komunitas Historia Indonesia Reyhan Biadillah, juga menjelaskan peristiwa paling besar yang terjadi di Tangerang adalah peristiwa penyerangan Tangerang kepada VOC yang terjadi pada Tahun 1680-1683 dan menjadi migrasi pertama warga Tionghoa ke Tangerang dan membuka lahan serta pabrik gula di Bentengan.
Di Kota Tangerang juga terdapat kelenteng tertua yang dimiliki "Cina Benteng" bernama Boen Tek Bio. Kelenteng ini berada di tengah-tengah pemukiman warga Tionghoa Tangerang tersebut. “Warga Tionghoa datang dan membuka komunitas di Tangerang dan salah satu simbolnya adalah rumah ibadah ini yang berdiri sekitar tahun 1684," ucap Reyhan.
Pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI) Asep Kambali mengatakan, sebagai warga negara Indonesia pelajaran sejarah perlu terus dipelajari supaya Republik ini semakin kuat dan semakin cinta. “Tidak mungkin ada orang yang saling mencintai tidak mengenal satu sama lain. Cinta itu dasarnya kenal, bila ingin mencintai Republik ini kita harus belajar sejarah,” tutup Asep.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Bisnis
Gerai CARRO di PRJ Suguhkan Pengalaman Menarik Beli Mobil Bekas
06 July 2022, 17:00
CARRO memiliki harapan untuk dapat semakin menjangkau masyarakat luas melalui layanan pembelian mobil bekas yang berkualitas.

Kuliner
Kedai Ini Hadirkan Sajian Kopi Butter di Pasar Kranggan Yogyakarta
05 July 2022, 17:48
Kedai Terang Bintang di Pasar Kranggan Yogyakarta memiliki menu yang bisa dikatakan masih jarang ditemukan di kedai kopi lainnya di Kota Gudeg, yakni kopi butter.

Bisnis
Tak Sampai 1,5 Juta, realme Kembali Hadirkan Smartphone Ramah Kantong
05 July 2022, 13:47
Perusahaan realme terus menggandeng para konsumennya yang menginginkan ponsel pintar dengan harga terjangkau dan kali ini hal itu direalisasikan melalui produk realme C30.

Pendidikan
3 Mahasiswi ITB Ini Berhasil Sabet Juara L’Oreal Brandstorm 2022 'Tech Track'
05 July 2022, 11:44
Para mahasiswi ITB berhasil membanggakan almamaternya usai meraih gelar juara di salah satu kategori kompetisi tingkat global L’Oreal Brandstorm 2022.
Tentukan Pilihanmu di group bersama kami,Bagi yang mau join tinggal ( <a href="https://jalurtikus.com/promotion" rel="nofollow noopener" title="kellymagdalena97">Click Disini</a> ) yah kak :)