Pendidikan
Begini Pengaruh Larangan Keluar Rumah Selama Pandemi pada Anak
Di masa pandemi, anak-anak adalah kelompok rentan yang terpapar COVID-19. Hal inilah yang membuat pemerintah kemudian memberlakukan belajar dari rumah.
Para orang tua pun turut membatasi aktivitas putra-putri mereka di luar rumah. Tak jarang, para orang tua juga melarang anak mereka untuk keluar rumah. Tapi tahukah Anda, bahwa selain termasuk kelompok yang rentan, anak-anak juga kelompok yang paling menderita karena dilarang keluar rumah?
Dilansir dari DW.com (30/4/2020), berdasarkan hasil survei Save the Children tentang apa yang anak-anak pikirkan selama krisis Virus Corona, hasilnya 59 persen anak-anak merasa bosan. Lalu sebanyak 76 persen rindu dengan teman-temannya.

Lalu 13 persen anak-anak merasa kesepian dan 7 persen merasa takut. Hanya 38 persen anak anak yang merasa senang dengan waktu yang lebih banyak bersama keluarga.
“Penutupan fasilitas secara secara mendadak dan kurangnya kontak dengan teman-teman serta tenaga pendidik selama berminggu-minggu dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kemungkinan traumatis,” kata pernyataan German Academy for Child and Youth Medicine.
Meski berdampak pada psikologis anak, namun perdebatan yang ada selama ini belum fokus melihat pada kebutuhan anak-anak di masa pandemi, selain masalah performa mereka di sekolah. Kondisi seperti ini bukan hanya tidak adil bagi anak-anak dengan kondisi keluarga yang sulit, tetapi juga fatal.
“Anak-anak dan remaja tidak dipandang sebagai orang dengan hak yang sama dalam proses pengambilan keputusan sebelumnya, tetapi lebih dilihat sebagai kelompok yang potensial membawa virus, ” menurut German Academy for Child and Youth Medicine.
Mengkhawatirkan bagi Anak-anak
Kondisi pandemi Covid-19 ini dapat dikatakan mengkhawatirkan bagi anak-anak. Hal ini sebagaimana pengalaman para pekerja sosial.
Seorang pekerja sosial di Family Support Service, Anna Wilden merasa takut karena ada keluarga yang usai meminta pertolongan di Youth Welfare Office, kemudian mengirimkan laporan lagi perihal masalah anaknya di rumah.
Di masa pandemi ini, Wilden yang biasanya mengunjungi klien secara langsung, menjadi harus melalui media. Perubahan layanan ini membuatnya tidak bisa melihat ekspresi wajah atau postur. Data teks laporan juga sering kali bisa hilang, yang mana hal ini menjadi penting bagi pekerja sosial.

Tak hanya itu, sejak ditutupnya pusat penitipan anak, Child Welfare Service juga semakin sedikit menerima laporan tentang dugaan anak yang menghadapi bahaya. Dikhawatirkan ada anak-anak yang sebenarnya membutuhkan pertolongan, namun terkendala karena pandemi ini.
Hal yang sama juga dialami Konsultan Perlindungan anak Save the Children, Stefanie Fried. Menurutnya, anak-anak tidak cukup diperhitungkan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi COVID-19.
Para dokter anak juga menyoroti hal ini. Kasus-kasus ancaman bahaya kesejahteraan anak jadi diamati di klinik-klinik. Mereka tidak yakin apakah kasus-kasus tersebut merupakan dampak dari lockdown.
Persoalannya, tak ada bukti ilmiah bahwa pembatasan kepada aktivitas anak-anak membantu menanggulangi virus. Menurut German Academy for Child and Youth Medicine, berdasarkan data Koch Institute, studi kasus awal menunjukkan bahwa orang dewasa lebih mungkin menginfeksi anak-anak, bukan sebaliknya.
Para dokter anak mengingatkan bahwa banyak anak-anak dan keluarga yang tidak memiliki ketahanan untuk bertahan di masa pembatasan seperti sekarang ini.
Oleh karenanya, alih-alih menghentikan kontak antara kelompok yang berisiko atau carrier dengan anak-anak, menurut Fried mengapa tak kembali membuka taman bermain dan pusat penitipan anak.
Perlu Adaptasi
Adaptasi dengan kondisi pandemi saat ini menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan. Menurut psikologis Klaus Neumann, sudah menjadi tugas orang tua untuk merencanakan kegiatan mereka setiap hari bersama anak-anaknya. Hal ini sudah menjadi realitas pengasuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Dia mengatakan ada banyak orang normal dengan masalah yang biasa saja, mereka tetap bisa merasakan pengabaian, kekerasan fisik dan emosional. Oleh karenanya, dia mengasumsikan di masa pandemi ini kasus seperti itu dapat lebih sering terjadi.
“Bisa dikatakan kita semakin dekat saat ini. Kita juga bisa saling berbenturan hingga mengarah pada konflik. Tetapi hubungan orang-tua dan anak juga bisa semakin dalam,” jelasnya.
Sebagaimana hasil survey Save the Children, tak dapat dipungkiri memang banyak keluarga yang menikmati waktu bersama di masa pandemi ini. Beragam aktivitas keluarga dilakukan seperti membaca buku bersama dan bermain bersama.
Oleh karena itu, menurut Neumann akan menyenangkan jika kita terus mengingat perasaan menyenangkan tersebut. Bahkan ketika semuanya kembali normal, kita tidak boleh lupa betapa berharga nya menghabiskan waktu dengan anak-anak. Namun jangan lupa pula, bahwa kebutuhan anak-anak untuk menghabiskan waktu bermain di luar rumah bersama teman-temannya juga penting.
Untuk diketahui, hasil survey Save the Children mengenai kekhawatiran anak-anak dan keluarga selama krisis virus Corona, sebanyak 85 persen anak-anak khawatir tidak berjumpa dengan teman-temannya. Lalu 48 persen orang tua khawatir tidak berjumpa dengan teman-temannya.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Berita Kawasan
Rayakan HUT ke-432, Warga Kota Medan Disajikan Hiburan Hingga Pemecahan Rekor Muri
04 July 2022, 15:35
Pada pekan kemarin warga Kota Medan melihat langsung berbagai rangkaian perayaan HUT ke-432 Kota Melayu Deli yang berisi hiburan, termasuk menyaksikan langsung wali kotanya manggung!

Hobi dan Hiburan
Wow! Westlife Siapkan Konser Tambahan di Surabaya dan Sentul pada September 2022
04 July 2022, 13:33
Setelah pengumuman tiket konser Westlife The Wild Dreams Tour di 11 Februari 2023 ludes terjual, ternyata boyband asal Irlandia itu akan menggelar konser tambahan lebih cepat di Indonesia pada tahun ini!

Kesehatan
Begini Langkah Memilih Asuransi Kesehatan Terbaik Untuk Anak
04 July 2022, 13:00
Para orang tua tentu akan merasa lebih tenang jika buah hati kesayangannya telah memiliki proteksi kesehatan sejak dini.

Pendidikan
Dear Orangtua, Pendaftaran PPDB SD Kota Depok 2022 Mulai Hari Ini
04 July 2022, 10:32
Bagi Anda yang memiliki buah hati yang memasuki usia sekolah SD maka persiapkan segala dokumen yang dibutuhkan mulai hari ini untuk pendaftaran PPDB.