Kesehatan
LIPI Kembangkan Obat Herbal Antivirus dari Ketepeng Badak dan Benalu
Sudah sekitar lima bulan berlalu pandemi Covid-19 melanda hampir di seluruh negara di belahan dunia sejak kasus pertamanya ditemukan di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Meski demikian, hingga kini belum ada satu obat yang mampu mengobati penyakit yang disebabkan oleh Virus SARS-CoV-2 atau Virus Corona jenis baru ini.
Berbagai riset untuk menemukan obat penawar virus ini pun terus dikembangkan setiap harinya. Di Indonesia, upaya menemukan obat COVID-19 ini turut dilakukan dengan mengembangkan tanaman herbal. Saat ini, LIPI tengah bekerja sama dengan Departemen Mikrobiologi FKUI dan Kyoto University mengembangkan tanaman sebagai anti virus dari ekstrak ketepeng badak dan daun benalu.
“Pada pandemi COVID-19 saat ini belum ada obat standar dalam pengobatan, sehingga Pusat Penelitian Kimia LIPI mencoba mengembangkan ekstrak ketepeng badak dan daun benalu (Dendrophtoe sp) sebagai alternatif dalam pengobatan COVID-19,” kata Kepala Pusat Penelitian Kimia Yenny Meliana dilansir dari laman lipi.go.id (12/5/2020).
Yenny mengatakan, awa-senyawa yang terdapat didalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan memiliki aktivitas antiviral. “Senyawa yang diprediksi dapat berperan aktif sebagai antiviral adalah kaempherol, aloeemodin, quercitrin, dan qurcetin,” tambahnya.
Berguna untuk Kemandirian Obat Indonesia
Peneliti bidang farmasi kimia LIPI, Marissa Angelina menambahkan, selama ini upaya yang dilakukan pada pasien COVID-19 terbatas pada tindakan preventif dan suportif. Upaya tersebut hanya didesain untuk mencegah komplikasi dan kerusakan organ lebih lanjut.
“Beberapa studi pendahuluan telah menguji kombinasi agen potensial seperti protease inhibitor lopinavir/ritonavir, yang umumnya digunakan untuk mengobati virus HIV, digunakan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi COVID-19,” paparnya.
“Selain itu, dilaporkan juga adanya penggunaan obat malaria yaitu qlorokuin dan imodin,” tambahnya.

Dengan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia, adanya pengembangan obat herbal ini pun sangat penting untuk dilakukan. Menurut Marissa pengembangan bahan baku obat dan obat herbal terstandar merupakan upaya yang sangat penting dalam mendukung kemandirian obat Indonesia.
“Pengembangan bahan baku obat berbasis tanaman berpotensi untuk jangka panjang dan memiliki peluang besar bagi industri bahan baku obat di Indonesia,” terangnya.
Adapun salah satu pemanfaatan keanekaragaman hayati adalah tanaman yang mengandung komponen utama flavonoid dan flavonoid glikosida. Pada jenis tanaman yang mengandung dua komponen tersebut banyak dilaporkan memiliki zat aktif utama sebagai antivirus atau antiviral.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Bisnis
East Ventures Pimpin Pendanaan Awal untuk Startup Manufaktur Ini
26 January 2023, 15:30
Baru-baru ini perusahaan startup manufaktur Imajin disebut berhasil meraih suntikan pendanaan awal yang dipimpin East Ventures.

Pendidikan
Ukur Kemampuan Bahasa Indonesia Mahasiswa, Dosen Unpad Hadirkan Tes Khusus
26 January 2023, 13:28
Tim dosen Unpad berhasil membuat inovasi tes khusus yang dapat menunjukan bagaimana kompetensi mahasiswa dalam berbahasa Indonesia.

Kesehatan
Kota Tangerang Sukses Turunkan Jumlah Kasus Stunting di Tahun 2022
26 January 2023, 11:25
Pemkot Tangerang baru-baru ini mengungkap data yang menunjukan bahwa pihaknya telah berhasil secara perlahan menurunkan jumlah kasus stunting di wilayahnya.

Hobi dan Hiburan
Konser Dewa 19 di JIS Siap Digelar 4 Februari 2023, Tiket Mulai Dijual Pekan Ini
25 January 2023, 14:57
Setelah sempat ditunda tahun lalu, pihak Red Line Kreasindo memastikan konser Dewa 19 yang mempertemukan empat vokalis dan empat drummer dipastikan akan digelar di JIS pada awal Februari 2023 nanti.