Hobi dan Hiburan
Menerka Romansa Cinta Tragis dalam Film The Invisible Man
Tak hanya meninggalkan luka fisik, kekerasan dalam hubungan lebih dalam dapat memberikan luka psikis yang berkepanjangan bagi korbannya. Setidaknya inilah yang dialami Cecilia Kess -- perempuan yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh kekasihnya, Adrian Griffin. Profesi Adrian sebagai pakar optik terkemuka dengan harta yang melimpah membuat ia merasa memiliki kuasa atas kehidupan kekasihnya. Sampai-sampai ia berani melakukan kontrol penuh.

Adrian juga tak segan melukai kekasihnya bila melakukan sesuatu hal yang tak sesuai dengan keinginannya. Cecilia bukannya tak melakukan perlawanan selama hidup bersama Adrian. Bila ia melawan, maka dirinya akan dianiaya. Alhasil, ia pun mencoba mencari peluang untuk dapat terlepas dari jeratan kekasihnya.
Hingga suatu malam, Cecilia berhasil melarikan diri dari rumah kekasihnya dengan dibantu adiknya, Alice Kass. Sayangnya, meski telah berhasil melarikan diri, Cecilia justru mengalami trauma. Bahkan, kabar kematian sang kekasih turut tak membuatnya dapat hidup bahagia. Malapetaka justru menghantui hidupnya lantaran ia yakin bahwa sang kekasih belum meninggal dan mengancam kehidupannya serta orang-orang di sekitarnya.

Akting Memukau Elisabeth Moss
Romansa hubungan percintaan yang tragis tersebut diceritakan dengan apik dalam film The Invisible Man yang resmi tayang di bioskop tanah air pada 26 Februari 2020. Upaya Cecilia melarikan diri ini menjadi salah satu adegan pembuka yang cukup menegangkan dalam film yang disutradarai dan ditulis langsung oleh Leigh Whannell. Film ini dibintangi aktris kenamaan Elisabeth Moss sebagai Cecilia dan Oliver Jackson Cohen sebagai Adrian.
Dengan durasi film yang mencapai sekitar 125 menit, Leigh dapat membuat alur cerita yang sistematis. Hanya saja, dalam film ini minim cerita adegan kilas balik antara Cecilia dengan Adrian. Hal ini dapat membuat penonton bertanya-tanya bentuk kekerasan apa saja yang dialami Cecilia dan bagaimana perlakuan Adrian mampu mempengaruhi pemikirannya. Beruntung, akting memukau dari Elisabeth Moss sukses menggambarkan tekanan psikologis yang dialami Cecilia.

Dalam film ini, Elisabeth Moss begitu menjiwai perannya sebagai perempuan yang depresi akibat toxic relationship yang dialaminya. Tatapan kosong dan raut tekanan depresinya sukses membius penonton. Penonton akan terhanyut dalam situasi yang membingungkan, apakah memang mantan kekasihnya benar-benar masih hidup dan mengganggu kehidupannya, atau hanya ilusinya semata. Tak mengherankan bila aktingnya ini mendapat pujian dari sejumlah pihak.

Seperti ulasan media The Guardian yang turut memberi review positif untung akting Elisabeth Moss. Bahkan mereka menyebut Elisabeth Moss sukses menghidupkan murky thriller pada masa kini. Pujian turut diberikan kepada sang sutradara. Pasalnya, Leigh mampu menjadikan film ini hidup dengan fokus pada peran utama perempuan sebagai korban kekerasan dalam hubungan. Padahal aktor Johnny Depp yang sebelumnya direncanakan membintangi film ini seperti diberitakan pada 2016.

Sarat Nilai Bahaya Kekerasan Dalam Hubungan
Selain akting Elisabeth Moss yang memukau, teknik pengambilan scene dalam film ini juga pantas untuk diapresiasi. Penonton akan merasa turut dihantui dengan sosok The Invisible Man karena sorotan kamera yang secara perlahan menelusuri setiap sudut ruangan, baru kemudian fokus kepada tokohnya.
Film yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama karya H.G Wells tahun 1897 ini tak hanya sukses dengan kisah science fiction horror-nya saja. Akting memukau Elisabeth Moss setidaknya akan mengingatkan Anda betapa bahayanya dampak psikologis bagi korban kekerasan dalam hubungan.
Meski tidak menampilkan kekerasan fisik yang dialami Cecilia saat menjalin hubungan dengan Adrian, tapi pada beberapa adegan menunjukkan memang adanya kekerasan dalam hubungan yang dialaminya. Misalnya seperti paksaan untuk memiliki anak sehingga membuat Cecilia meminum obat anti kehamilan. Hal itu masuk kategori sebagai kekerasan seksual dalam hubungan.
Selain itu, adegan saat Cecilia harus berlatih keluar rumah saat masa pemulihan setelah melarikan diri dari rumah kekasihnya menunjukkan betapa membekasnya luka psikologis yang dialami korban kekerasan dalam hubungan. Secara garis besar, film ini berhasil memberikan gambaran tentang bagaimana dampak dari kekerasan dalam hubungan.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Bisnis
Dorong Digitalisasi Daerah, Amartha Hadirkan Desa Digital di Sulawesi Tengah
03 February 2023, 16:35
Demi memastikan tidak adanya ketimpangan digital di daerah pedesaan luar Jawa, Amartha Foundation baru-baru ini meresmikan desa digital di wilayah Sulawesi Tengah.

Bisnis
tiket.com Hadirkan Layanan Pemesanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
03 February 2023, 14:20
Melalui kemitraan dengan PT KCIC, pengguna tiket.com ke depannya bisa memesan tiket untuk layanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Berita Kawasan
Kolaborasi Pertamina NRE - Bike to Work Kampanyekan Green Mobility
02 February 2023, 17:41
Peresmian unit tempat parkir sepeda dilakukan oleh Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Chaidir, dan Ketua Umum B2W Fahmi Saimima.

Hobi dan Hiburan
Siap Digelar 25 Februari 2023, Ini Semua Line-ups Woke Up Fest 2023
02 February 2023, 15:41
Setelah memberikan teaser siapa saja yang akan tampil, akhirnya pihak penyelenggara mengumumkan siapa saja yang nanti siap menghibur Anda di Woke Up Fest 2023.