Kesehatan
Orangtua & Sekolah, Aspek Penting Pencegahan Bunuh Diri Remaja
Masa remaja dipandang sebagai waktu yang rentan bagi buah hati. Pasalnya, di fase ini mereka masuk ke dalam usia rentan dan bila tidak diperhatikan dengan baik maka hal-hal negatif bisa membayangi di masa ini. Salah satunya adalah pikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri yang dipicu berbagai tekanan atau depresi. Fatalnya, hal ini acap kali tidak terdeteksi hingga akhirnya terlambat. Di sinilah peran terbesar untuk melakukan deteksi dini untuk mencegah bunuh diri berada di tangan orangtua dan sekolah.
“(Remaja) yang sekarang kita nurture, kita bina, kemudian mereka akan menjadi leader pada saat nantinya dan kita-kita ini, termasuk saya, akan menjadi ‘penumpang’. Mereka yang akan menjalankan roda pemerintahan dan lain segalanya, kita yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan mereka,” ucap anggota DPR RI Komisi IX sekaligus praktisi kesehatan jiwa Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ kepada awak media pada acara peluncuran buku Jiwa Sehat, Negara Kuat di Universitas Atma Jaya, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan (13/8/2019).

Sayangnya, pembinaan terhadap remaja terkadang luput terhadap satu hal, yaitu mengenai kondisi psikologi mereka. Pasalnya, menurut Nova yang akrab disapa Noriyu itu, berdasarkan data yang dimilikinya, tidak sedikit remaja yang rentan memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini biasanya dipicu dari beragam masalah yang berakhir dengan munculnya depresi dalam benak para remaja tersebut.
“Saat ini penelitian desertasi S3 saya itu (dari) 910 remaja, (ada sekitar) 13,28 persen rentan untuk berkembang ide bunuh diri. Sedangkan kita menumpukkan kepada mereka (sebagai) generasi penerus tetapi kita tidak memelihara kesehatan jiwa mereka,” ujar Noriyu. Ia menyebut, penelitan desertasinya fokus dalam membuat instrumen ketahanan jiwa yang disebut dapat digunakan sekolah untuk melakukan intervensi dini perihal bunuh diri.
Instrumen Ketahanan Jiwa
Anggota DPR RI Komisi IX itu berharap jika instrumen mampu diterapkan di berbagai sekolah dalam rangka pencegahan dini terhadap percobaan bunuh diri remaja. Bahkan ia telah menekankan, instrumen yang dibuatnya sangat dijaga kerahasiaannya agar tidak memunculkan stigma negatif terhadap si remaja tersebut.
“Untung instrumen saya diambil WHO (World Health Organization). Jadi WHO meminta dibuat digital mental health jadi supaya aksesnya nanti lebih luas. Caranya adalah sekolah-sekolah mengakses instrumen saya terus nanti dapat data. Saya tidak mau individu-individu siswa ini ketahuan namanya karena takut distigma. Jadi akhirnya setiap sekolah pakai instrumen ini, nanti akan ada informasi besaran masalah di sekolah ini untuk potensi bunuh diri sekian persen,” tuturnya.
Dari data tersebut, menurut Noriyu, pihak sekolah dapat mengambil tindakan pencegahan secara luas. Dengan informasi siswa yang dirahasiakan, semua siswa akan dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dini yang bisa diadakan pihak sekolah.
Selain sekolah, aspek terpenting dalam pencegahan bunuh diri remaja adalah orangtua. Noriyu mengatakan, orangtua harus dapat melihat indikasi terdapat gangguan terhadap kesehatan jiwa buah hati mereka agar bisa menghentikan munculnya pikiran untuk mengakhiri hidup dalam benak mereka.
“Contohnya ada beberapa kasus, dia (anak) seperti sudah ada bisikan dan halusinasi. (Sedangkan) orangtua sibuk sama teman-temannya berkompetisi, jadi ibu-ibu arisan ini berkompetisi menjagokan anaknya. Akhirnya pulang, anaknya dimarahin, ‘Eh anaknya si Tante A, dia begini loh, kok kamu enggak!’,” ungkap dr Nova.
“Ada beberapa kasus, anaknya mengalami penurunan prestasi. Pintu masuk untuk tahu kondisi kesehatan jiwa remaja di antaranya penurunan prestasi, bolos, kayak di sekolah bermasalah. Tapi sebenarnya ada masalah kesehatan jiwa yang orangtuanya enggak aware,” sambungnya.
Jika sudah ada indikasi ini, menurut Ketua Dewan Pakan Badan Kesehatan Jiwa itu ada baiknya agar orangtua mengajak berdialog anaknya. Selain itu bisa juga dengan membawanya untuk diperiksa secara klinis agar keadaan gangguan kesehatan jiwanya tidak bertambah parah dan bisa mengarah ke bunuh diri.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Properti dan Solusi
Topping Off Apartemen Antasari Place, Wujud Komitmen PDS untuk Stakeholder
01 June 2023, 07:13
Pengembang PT PDS baru-baru ini secara resmi memulai proyek apartemen Antasari Place di Jakarta Selatan melalui proses topping off.

Bisnis
Dukung Kesibukan Pekerja Hybrid, Acer Luncurkan Rangkaian Laptop Anyar
29 April 2023, 12:37
Melalui rangkaian terbaru produk Travelmate, Acer menargetkan Anda yang terbiasa bekerja secara hybrid.

Bisnis
#LengkapiCintadanKebaikan, Kampanye Astra Life Syariah untuk Berbagi dan Proteksi Diri
14 April 2023, 09:55
Dalam rangka momen Ramadan, Astra Life Syariah meluncurkan programnya yang ditujukan untuk mendorong proteksi diri bagi Muslim Tanah Air sekaligus saling berbagi.

Bisnis
Ada Teater Double Deck! Cinepolis Resmikan Bioskop Terbesarnya di Senayan Park
13 April 2023, 09:40
Jaringan bioskop internasional Cinepolis pada pekan ini secara resmi meluncurkan bioskop terbesarnya di Tanah Air yang dihadirkan di mal Senayan Park.