Pilihan Kuliner Peranakan Tionghoa di Gang Aut Bogor

Ngo Hiang merupakan nama kedai sekaligus nama makanan utama sebuah kedai di Jalan Suryakencana. Kedai ini buka sejak tahun 1992 dan masih ramai dikunjungi pembeli sampai sekarang.

Ngo Hiang serupa batagor tapi daging yang digunakan adalah daging babi atau ayam dan disajikan bersama potongan kentang rebus, tahu kuning serta acar lobak yang disiram dengan kuah kacang kental. Rasanya yang khas membuat kedai ini masih diburu oleh pecinta kuliner khas peranakan.

Ngo Hiang sendiri berasal dari bahasa Hokkian yang berarti lima wangi. Orang Hokkian mempercayai bahwa dalam makanan terdapat lima rempah utama yang dapat menghasilkan wangi sedap pada makanan yang dimasak: pekak, merica shicuan, kayu manis, jinten, dan cengkeh.

Terletak persis di sebelah kiri Kedai Ngo Hian, lumpia basah ini sudah dijual sejak tahun 1972 oleh seorang penjual bernama Pak Alen. Namun saat ini telah digantikan anaknya. Meskipun begitu, kedai sederhana lumpia basah ini masih sangat ramai diserbu para pembeli. Tempat berjualan lumpia basah ini sangat sederhana, hanya menggunakan gerobak kecil berwarna hijau. Alat masak yang digunakan juga sederhana, hanya menggunakan anglo dan wajan berukuran sedang untuk menumis isian lumpia.

Tidak seperti lumpia Semarang yang menggunakan rebung, Lumpia Basah Pak Alen ini menggunakan bengkoang sebagai bahan isian lumpia. Bengkoang yang dipotong dadu kecil-kecil tersebut kemudian ditumis bersama toge, telur, ebi, cincangan tahu kuning dan diberi kecap sebagai penambah rasa. Setelah matang, isian tersebut kemudian ditaruh di atas kulit lumpia buatan sendiri. Kulit lumpia yang lebih tebal dari kulit lumpia pada umumnya. Dibungkus dengan daun pisang, lumpia ini juga dilengkapi dengan saus kacang.

Selain teksturnya lembut dan tidak bau soda, aromanya harum alami karena dimasak dengan anglo arang. Topingnya melimpah, terdiri dari coklat dan keju yang dialasi lumernya mentega lezat berkualitas. Penjualnya dipanggil Encek merupakan pria berusia 79 tahun asal Bangka. Nama aslinya Acoy. “Saya berjualan martabak sejak usia tiga puluh tahun,” tutur Acoy sambil mengaduk-aduk adonan martabak yang digelutinya selama 47 tahun tanpa jeda.

Ia mengaku belajar membuat martabak dari leluhurnya yang asal Bangka. Ia bersama orangtuanya merantau ke Bogor sejak usia balita. Martabat Bangka memang terkenal lezatnya. Nama aslinya Hok Lo Pan yang artinya Kue Orang Hokkian. Hok Lo Pan lalu dikenal dengan sebutan martabak manis dan di Yogyakarta dikenal sebagai kue terang bulan.

Satu lagi kuliner Bogor yang diadaptasi dari masakan peranakan Tionghoa adalah Bubur Ayam Wong yang juga berjualan di ujung jalan Surya Kencana, yaitu jalan Siliwangi. Bubur Wong sangat berbeda dengan bubur ayam yang banyak kita jumpai yang biasanya semangkuk bubur yang diberi kuah kuning.

Bubur Wong memiliki tekstur yang lebih encer seperti ciri khas bubur peranakan pada umumnya, dengan rasa kaldu yang kuat dan tidak ketinggalan sedikit aroma minyak wijen. Yang istimewa dari bubur Wong ini adalah topping-nya, karena dalam satu porsi bubur yang dipesan, Anda akan diberikan kerupuk paru, sayur asin, potongan tahu kuning dan potongan kentang masak semur yang disusun rapih dalam sebuah piring. Tidak ketinggalan satu piring cakwe siap dihidangkan sebagai pendamping bubur.

Kalau mencari laksa Bogor enak, coba datangi kedai Mang Wahyu di Gang Aut. Inilah laksa enak yang eksis sejak 1960-an. Kios Mang Wahyu di Gang Aut ini memang baru beberapa tahun tapi racikan laksanya sudah diracik sejak 1960-an oleh kakek Mang Wahyu. Dahulu, kakeknya berjualan keliling kampung menggunakan pikulan. Baru setelah tahun 1990-an diberinama Laksa Mang Wahyu. Orang tahunya laksa Gang Aut, biasa berjualan di depan gang.

Kini di Jalan Suryakencana ada 2 kios laksa Mang Wahyu. Satu kios menempati area food court yang lebih modern dengan area makan luas dan nyaman. Tapi kios sederhananya pun tak kalah ramai. Sejak awal berjualan, kakek Mang Wahyu menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk kompornya. Masih sama-sama klasik, kini beralih menggunakan arang.