Berita Kawasan
PLN Diminta Jangan Hanya Fokus Terhadap Efisiensi Listrik
PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN hingga kini masih harus terus membangun kembali kepercayaan publik setelah pemadaman listrik massal atau blackout di sejumlah wilayah Pulau Jawa, termasuk Jabodetabek. Sebagai organisasi yang mendorong implementasi jaringan listrik cerdas di Indonesia, Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) pun mengajukan agar PLN mampu menciptakan sistem listrik yang bersifat mampu beradaptasi dalam kondisi yang terkena masalah.
Insiden pemadaman listrik massal yang terjadi pada 4 Agustus 2019 disebut oleh pihak PLN sebagai pelajaran bagi mereka. Dengan pihak Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani menyebut, perusahaan BUMN yang dipimpinnya itu akan bergerak ke arah yang lebih baik demi mencegah blackout terjadi lagi.

Menurut Pendiri sekaligus Ketua PJCI Eddie Widiono, demi mencegah pemadaman listrik massal seperti yang terjadi hingga belasan jam pada awal Agustus 2019 adalah tidak hanya mementingkan efisiensi listrik saja tapi juga melalui konsep resiliensi. Pasalnya, ia memandang terdapat fokus PLN yang lebih berkonsentrasi terhadap efisiensi distribusi energi listrik sebelum terjadinya insiden blackout.
“Kejadian blackout kemarin memberi pelajaran kepada kita bahwa tekanan efisiensi yang berlebihan itu mempunyai tendensi menyebabkan para operator di lapangan ini crossing the border of system security,” ujarnya pada konferensi pers Electric & Power Indonesia 2019 di Hotel Fairmont, Tanah Abang, Jakarta Pusat (27/8/2019).
Apa yang dimaksud olehnya di atas adalah mengerucut kepada pemicu insiden pemadaman listrik massal tersebut. Di mana terdapat perhitungan ekonomi yang dipandang efisien dalam perihal memasok listrik ke sebagian wilayah di pulau Jawa.
“Jadi yang terjadi kemarin itu adalah 200 megawatt dikirim dari Timur ke Barat, ke Jawa bagian Barat, pada saat di Bagian Barat hanya 9.000 megawatt dan pada saat satu dari empat interkonektor Timur-Barat dalam kondisi dipelihara. Ini suatu pengambilan keputusan yang agak riskan tetapi kenapa diambil itu, karena memang produksi listrik dari Timur itu relatif lebih murah daripada PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) /PLTGU (Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Gas dan Uap) yang ada di Barat, jadi pertimbangannya sangat pure ekonomi,” ungkapnya.
Dari sinilah PJCI memandang bahwa Indonesia, khususnya dari PLN serta Pemerintah Pusat, mampu menyediakan sistem kelistrikan yang berbasis resiliensi. Sistem ini disebut mampu merubah diri dari operasi efisiensi yang disebut di atas dan mampu memecah diri menjadi cluster-cluster yang berdiri sendiri untuk membantu memasok energi listrik. “Pemikiran ini sudah kami sampaikan melalui jalur-jalur kami kepada PLN dan Pemerintah. Intinya meningkatkan layanan listrik di kota-kota dari kecukupan, keandalan, kualitas yang tinggi menjadi sekarang resiliensi,” pungkasnya.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Kesehatan
Pastikan Anak Terlindung dari Campak via Imunisasi, Pemkot Surabaya Siap Sweeping
27 January 2023, 13:57
Banyaknya kasus campak di wilayah perbatasan Surabaya-Madura, mendorong Pemkot Surabaya untuk bergerak secara agresif demi memastikan anak-anak Kota Pahlawan sudah mendapatkan imunisasi campak.

Kesehatan
Selama 2022 Ada Puluhan Suspek Campak, Dinkes Kota Yogyakarta Dorong Imunisasi Anak
27 January 2023, 10:55
Dinkes Kota Yogyakarta meminta agar orangtua melindungi buah hatinya dari ancaman penyakit campak dengan segera datang ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi.

Bisnis
East Ventures Pimpin Pendanaan Awal untuk Startup Manufaktur Ini
26 January 2023, 15:30
Baru-baru ini perusahaan startup manufaktur Imajin disebut berhasil meraih suntikan pendanaan awal yang dipimpin East Ventures.

Pendidikan
Ukur Kemampuan Bahasa Indonesia Mahasiswa, Dosen Unpad Hadirkan Tes Khusus
26 January 2023, 13:28
Tim dosen Unpad berhasil membuat inovasi tes khusus yang dapat menunjukan bagaimana kompetensi mahasiswa dalam berbahasa Indonesia.