Rekomendasi Investasi Mikro, Ini Alasan Mengapa NPL Amartha Sangat rendah

Salah satu aspek yang membedakan perusahaan Amartha Mikro Fintek (Amartha) dengan perusahaan peer-to-peer lending lainnya di Tanah Air adalah target dari permodalan yang mereka kucurkan adalah para pengusaha perempuan mikro yang ada di wilayah pedesaan yang mayoritas mengalami kesulitan mengakses modal. Oleh karena itulah investor global hingga perbankan di Tanah Air ikut bergabung menyalurkan dananya dan ini juga termasuk masyarakat pada umumnya yang turut memberikan investasinya di platform Amartha. Menariknya, selain aspek peraihan bagi hasil atau bunga yang Anda terima bisa hingga 15 persen per tahun, faktor NPL yang sangat rendah juga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mendanai ibu-ibu mitra Amartha.

Mungkin di antara Anda ada yang kurang akrab dengan istilah NPL yang merupakan singkatan dari Non-Performing Loan. Pada dasarnya ini menjadi salah satu indikator yang menunjukkan bahwa bank atau fintech yang Anda lirik apakah sehat dari sisi keuangannya. Karena NPL biasanya terjadi ketika peminjam dana gagal bayar atau kreditnya bermasalah dan semakin tinggi persentase NPL-nya maka semakin tidak sehat. Amartha sendiri menyampaikan bahwa NPL mereka di bawah 1 persen bahkan mendekati 0 persen.

Ternyata berdasarkan pihak Amartha ini tak terlepas dari metode yang mereka terapkan demi memastikan Anda sebagai penyalur dana di P2P lending ini tetap mendapatkan bagi hasil sehingga mampu meminimalkan potensi terjadinya gagal bayar. Menurut AVP of Marketing and PR Amartha Rezki Warni, ini tak terlepas dari penerapan konsep Grameen Bank yang direalisasikan Amartha melalui tanggung renteng di majelis.

[Baca Juga: Hadirkan Investasi Mikro yang Lebih Bermakna, Amartha Hadirkan Fitur Impact Investing]

“Sistem tanggung renteng sebenarnya sebuah sistem majelis yang dibangun supaya ada gotong royong dan kebersamaan antara ibu-ibu (di satu area pedesaan) ini. Jadi memang konsepnya dari 10-15 orang, ada satu ibu yang tidak bisa membayar pada minggu tersebut, nah ibu-ibu yang lain sudah berkomitmen untuk memberikan talangan bagi ibu yang kesulitan bayar tersebut. Tapi bukan berarti ibu yang sama akan kesulitan bayar lagi nanti, karena sistem ini juga untuk empowerment,” tuturnya dalam sesi tanya jawab di Media Luncheon Tren dan Potensi Impact Investing di Indonesia di Hotel Harris FX Sudirman, Jakarta Pusat (22/6/2022).

Karena menurut Rezki, kesulitan membayar ini biasanya dipicu oleh kondisi keluarga dari mitra ibu tersebut. Bisa saja anak atau suaminya sakit sehingga ia tidak bisa membuka usahanya dalam beberapa hari. Dari sinilah ibu-ibu lain di majelis tersebut memberikan dukungannya, tak hanya dengan menalangi semata tapi juga memberikan dukungan moril hingga membantu menjaga anak dari si ibu yang sedang kesulitan tersebut. Dari sinilah mengapa para pengusaha perempuan mikro yang Anda suntik pendanaan di marketplace Amartha selalu bisa membayar pinjaman modalnya agar Anda tetap bisa mendapatkan bagi hasil tersebut setiap bulannya.