Pendidikan
Satpel UPPPSB Jakarta Barat Gelar Latihan Lenong Denes
Satuan Pelaksana (Satpel) Unit Pengelola Pusat Pelatihan Seni Budaya (UPPPSB) Jakarta Barat menggelar latihan seni teater Lonong Denes. Pelatihan seni teater lenong ini berlangsung mulai 11-22 Februari 2019 di Gedung Satuan Pelayanan Latihan Kesenian Jakarta Barat, Komplek Persada Sayang, Rawa Buaya, Cengkareng.
Sebanyak 30 peserta yang terdiri dari siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), penggiat seni dan pengelola Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) ikut serta dalam latihan seni teater Lenong Denes.
Kepala Satuan Pelayanan Latihan Kesenian Jakarta Barat Mohammad Faiza Maulana mengatakan, pelatihan bertujuan meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan para pelaku seni teater, khususnya Kesenian Lenong Denes.
“Ini juga untuk melestarikan seni teater agar tetap tumbuh dan berkembang sesuai harapan dunia seni dan pecinta seni budaya,” kata Mohammad Faiza Maulana seperti dikutip dari Berita Jakarta (11/2/2019).
Pelaku seni teater Lenong Denes, diharapkan Faiza, dapat unjuk kebolehan di panggung lokal, nasional, maupun internasional. Dengan pelatihan ini pula, warga lebih peka terhadap jati diri dan tidak terasing dari akar budaya di masa mendatang.
Sekadar informasi, Lenong Denes dianggap sebagai perkembangan dari beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti Wayang Sumedar, Wayang Senggol dan Wayang Dermuluk.

Lenong Denes mementaskan cerita-cerita kerajaan dan busana yang dikenakan tokohnya pun gemerlapan, seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri, hulubalang. Maka kata "denes" (dinas) melekat pada cerita dan busana yang dipakai. Maksudnya untuk menyebut orang-orang yang berkedudukan tinggi atau orang-orang yang berpangkat atau yang dinas.
Lenong Denes menggunakan bahasa Melayu tinggi dalam dialognya sehingga para pemainnya tidak leluasa untuk melakukan humor. Contoh kata-kata yang sering digunakan antara lain tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat tuanku, syahdan, hamba. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. Agar pertunjukkan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi.
Adegan-adegan perkelahian dalam Lenong Denes tidak menampilkan silat, tetapi tinju, gulat dan main anggar (pedang). Untuk dramatis, adegan perkelahian juga diiringi bunyi tambur. Lenong Denes biasa bermain di atas panggung berukuran sekitar 5x7 meter.
Tempat ini dibagi dua, di belakang untuk pemain berhias, ganti pakaian, atau menunggu giliran main. Bagian depan untuk pentas. Alat musik diletakkan pada kanan dan kiri pentas. Dekor digunakan untuk menyatakan susunan adegan, meskipun terkadang tidak pas sama sekali alias bertabrakan dengan jalan cerita yang sedang berlangsung.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Bisnis
Dorong Digitalisasi Daerah, Amartha Hadirkan Desa Digital di Sulawesi Tengah
03 February 2023, 16:35
Demi memastikan tidak adanya ketimpangan digital di daerah pedesaan luar Jawa, Amartha Foundation baru-baru ini meresmikan desa digital di wilayah Sulawesi Tengah.

Bisnis
tiket.com Hadirkan Layanan Pemesanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
03 February 2023, 14:20
Melalui kemitraan dengan PT KCIC, pengguna tiket.com ke depannya bisa memesan tiket untuk layanan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Berita Kawasan
Kolaborasi Pertamina NRE - Bike to Work Kampanyekan Green Mobility
02 February 2023, 17:41
Peresmian unit tempat parkir sepeda dilakukan oleh Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Chaidir, dan Ketua Umum B2W Fahmi Saimima.

Hobi dan Hiburan
Siap Digelar 25 Februari 2023, Ini Semua Line-ups Woke Up Fest 2023
02 February 2023, 15:41
Setelah memberikan teaser siapa saja yang akan tampil, akhirnya pihak penyelenggara mengumumkan siapa saja yang nanti siap menghibur Anda di Woke Up Fest 2023.