Sedotan Stainless Vs Sedotan Plastik, Mana kah yang Lebih Berbahaya?

Sejak banyak orang menyuarakan #NoPlasticStrawMovement atau gerakan tanpa sedotan plastik, popularitas sedotan stainless semakin meningkat. Tak sedikit pula yang sudah beralih dari sedotan plastik ke sedotan besi, terutama di Jakarta.

Kebanyakan orang memilih beralih ke sedotan stainless dibandingkan sedotan kaca atau sedotan bambu karena memiliki ketahanan paling baik dan tidak mudah rapuh. Sedotan bambu bisa ditumbuhi jamur dari pori-pori bambu alami bila tidak dibersihkan dan dikeringkan dengan benar. Sedangkan sedotan kaca sewaktu-waktu bisa retak atau bahkan pecah. Oleh karena itulah, sedotan stainless menjadi alternatif nonplastik yang paling populer.

Namun, belakangan terungkap bahwa sedotan stainless ternyata lebih membahayakan lingkungan dari sedotan plastik. Sehingga, sedotan stainless dinilai bukanlah solusi tepat untuk menyelamatkan bumi. Bila sedotan plastik membahayakan bumi karena sulit terurai bahkan hingga ratusan tahun, sedotan stainless justru sudah membahayakan bumi sejak sebelum digunakan.

Mengutip mancode.id (12/12/2019), sedotan stainless terbuat dari campuran besi, karbon, dan kromium yang dalam pembuatannya melibatkan penebangan pohon dan penggalian tanah. Tak hanya itu, besi dan kromium juga perlu dimurnikan dari mineral lain melalui proses kimia dalam pembuatannya.

[Baca Juga: Nestlé Indonesia Perkenalkan Sedotan Kertas dan Gelas Kertas]

Lubang bekas tambang mineral tak jarang dibiarkan begitu saja setelah penambangan berhenti, hingga membuatnya terisi air dan terlihat seperti ‘danau’. Tapi, danau buatan ini berbahaya karena mengandung air yang beracun.

Selain itu, pengolahan logam ini juga kembali melibatkan proses kimia yang menghasilkan limbah saat dibawa ke pabrik. Limbah inilah yang kerap dibuang ke saluran air umum atau ke sungai sehingga mencemari lingkungan dan membahayakan warga sekitar lingkungan pabrik.

Salah satu sungai yang menjadi sungai paling tercemar dari limbah pabrik di Indonesia yaitu Sungai Citarum yang berada di Jawa Barat sebagaimana dilansir genpi.co (29/7/2019). Meskipun tak hanya limbah buangan pabrik dari produksi sedotan besi, tapi pembuatan sedotan besi turut menyumbang zat beracun ke Sungai Citarum.

[Baca Juga: Naked Inc. Tawarkan Solusi Gaya Hidup Ramah Lingkungan]

Selain itu, pembuatan sedotan stainless juga melibatkan energi yang lebih besar dari pembuatan sedotan plastik. Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Negeri Humboldt dan engr308 Technology and Environment, satu sedotan plastik menggunakan energi sebanyak 23.700 joule dari awal hingga akhir proses pembuatan. Sementara, untuk membuat satu sedotan besi butuh energi sebesar 2.420.000 joule. Perbedaan yang cukup jauh, bukan?

Kabar buruknya lagi, sedotan stainless maupun sedotan plastik sama-sama mencemari udara karena menghasilkan karbondioksida. Namun, proses pembuatan sedotan besi lebih mencemarkan polusi udara dibanding sedotan plastik. Pembuatan satu sedotan plastik menghasilkan 1,47 gram karbondioksida, sedangkan satu sedotan stainless menghasilkan hampir 200 kali lipat karbondioksida sekitar 217 gram.

Nah, bila sudah tahu fakta antara sedotan stainless versus sedotan plastik ini yang sama-sama memiliki efek negatif bagi lingkungan, apakah Anda tetap berpikiran sedotan stainless lebih baik dari sedotan plastik? Sebaiknya, mulailah untuk benar-benar menyelamatkan lingkungan dengan #GerakanMinumTanpaSedotan.