Kesehatan
Stroberi Terbukti Kurangi Risiko Komplikasi Diabetes
Namun, sebuah penelitian yang dilakukan tim peneliti di The Salk Institute for Biological Studies, San Diego, California menemukan fakta mengejutkan bahwa stroberi justru dapat menekan risiko komplikasi diabetes tipe 1 dan 2.
Tak hanya itu, stroberi juga dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer dan beberapa kanker tertentu. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Plos One, ini menunjukkan bahwa jenis flavonoid yang disebut fisetin dalam stroberi berperan dalam mengunci perkembangan risiko penyakit-penyakit tersebut.
“Kami menemukan satu faktor utama yang berperan dalam mencegah diabetes, yakni flovanoid. Molekul ini bekerja sangat baik dan cukup teruji, “ kata salah satu peneliti senior dan Head of The Cellular Neurobiology Laboratory The Salk Institute for Biological Studies David Schubert, Ph.D pada Sciencedaily (18/1/2019).
Seorang ilmuwan senior lain dari Cellular Neurobiology Laboratory (CNL) negara AS, Pam Maher, Ph.D menjelaskan, awal pengidentifikasian sebagai flavonoid sudah dilakukan sejak sepuluh tahun lalu. Flavonoid yang termasuk senyawa polifenol sering dijumpai pada anggur dan bluberi.
“Pada tumbuhan, flavonoid berperan sebagai tabir surya pelindung daun dan buah dari serangga. Sebagai makanan, mereka berperan besar dalam diet karbohidrat, “ ujarnya.

Tim peneliti melakukan pengujian terhadap tikus jenis akita. Secara genetik, tikus ini menderita kadar gula darah tinggi, mirip seperti manusia yang mengidap penyakit diabetes. Sebagai bagian dari terapi, mereka diberikan 37 stroberi setiap hari.
Hasilnya, risiko terjadinya komplikasi diabetes berkurang drastis, aktiitas inflamasi yang berhubungan dengan kanker pun melambat. Selain itu saraf yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer bergerak teratur dan mengurangi kecemasan. Fisetin juga dapat mengurangi kompilkasi ginjal pada penderita diabetes.
“Kami menemukan bahwa diabetes dapat menjadi faktor risiko penyakit Alzheimer dan fisetin dapat mengendalikan risiko itu secara signifikan, “ kata Schubert.
Temuan tersebut memperkuat beberapa penelitian lain yang menganjurkan seseorang untuk beralih pada gaya hidup yang sehat. Tetap mempertahankan diet seimbang, rajin berolahraga, dan menjaga kesehatan mental.
Penelitian lebih lanjut ke tingkat manusia masih diperlukan untuk mengetahui kemungkinan fisetin dijadikan obat klinis. Namun, tampaknya masih terdapat banyak tantangan. Salah satunya tentang kesulitan menjamin produk alami.
“Kami tidak akan pernah tahu apakah senyawa fisetin bekerja maksimal pada manusia sampai ada seseorang yang bersedia mendukung uji klinis ini, “ ujarnya.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Kesehatan
Kenali PCOS, Pakar UNAIR: BPA Hingga Obesitas Bisa Jadi Pemicunya
31 January 2023, 16:40
Berdasarkan keterangan Pakar UNAIR, terdapat sejumlah pemicu kaum hawa terkena PCOS dengan di antaranya adalah paparan bahan kimia BPA sampai obesitas.

Pendidikan
Walau Banyak Bisnis Penyewaan Buku Punah, Pitimoss Fun Library Mampu Tetap Eksis
31 January 2023, 12:38
Di tengah hantaman digitalisasi yang membuat akses membaca buku novel serta komik mudah, Pitimoss Fun Library tetap mampu bertahan hingga hampir 20 tahun terakhir.

Bisnis
Wow, Bank Sampah di Kota Tangerang Ini Hasilkan Produk Lilin Aromaterapi
30 January 2023, 15:01
Bank sampah ternyata tak hanya bisa mendapatkan cuan dari pemilahan sampah semata, karena bank sampah satu ini menunjukan bahwa mereka juga mampu membuat produk yang bernilai ekonomi.

Berita Kawasan
Perayaan Imlek 2023 di Taman Banteng, Pj Gubernur DKI Jakarta Dampingi Jokowi
30 January 2023, 12:58
Pada akhir pekan kemarin, Presiden Jokowi terlihat hadir bersama Pj Gubernur DKI Jakarta dalam momen perayaan Imlek Nasional yang digelar di Taman Banteng