Ternyata Ini Asal Muasal Tradisi Bahasa Betawi

Masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Kota Jakarta walau saat ini sudah menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lingua franca, mereka tidak pernah melupakan identitas. Mungkin Anda bertanya-tanya identitas apa yang dimaksud di sini?

Jika Anda kerap berdialog dengan masyarakat Betawi di berbagai wilayah Ibu Kota maka Anda dapat mengetahui terdapat sedikit perbedaan di antara pengucapan mereka antara satu dengan yang lainnya. Inilah identitas tersebut, karena ternyata lokasi domisili tempat tinggal dari masyarakat Betawi menentukan ciri identitas dari dialek bahasa mereka.

Bila ditarik benang merahnya, tata bahasa masyarakat Betawi sebenarnya tidak terlepas dari sejarahnya. Sebagaimana dilansir dari jakarta.go.id (1/1/2017), masyarakat Betawi merupakan campuran dari berbagai suku bangsa seperti Bali, Sumatera, Tingkok, Arab, serta Portugis. Dari pembauran inilah lambat laut identitas masyarakat Betawi mulai terbentuk di abad ke-17.

Kemudian asimilasi budaya pun kembali berlanjut dengan masuknya unsur budaya Sunda, Jawa, bahkan hingga Belanda serta Jerman yang juga turut memberikan sumbangsih terhadap terbentuknya kultur dalam budaya masyarakat Betawi. Namun bila melihat bagaimana pembentukan dialeknya, ini dipengaruhi oleh profesi serta tempat tinggalnya yang akhirnya terbagi menjadi Betawi Pesisir, Betawi Tengah, dan Betawi Pinggir.

[Baca Juga: Kemendikbud Gelar Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia]

“Betawi itu ada ada Pesisir, Tengah, sama Pinggir. Bedanya di mana? Bedanya dari mata pencaharian, bahasanya, keseniannya. Kalau saya boleh cerita, Betawi Pesisir otomatis mata pencahariannya nelayan, Betawi Tengah banyak yang jadi pedagang, kalau Betawi Pinggir kayak saya dulu itu bercocok tanam atau agraria,” jelas perwakilan Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Bukhori kepada PingPoint.co.id (18/2/2020).

Kalau dari segi tata bahasa atau dialek, Betawi Pesisi dan Tengah disebut tidak terlalu berbeda. Dengan Betawi Tengah yang mencakup masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Jakarta Kota, Sawah besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Senen, Kramat, sampai perbatasan Jatinegara. “Bahasanya itu kalau misalnya Betawi Tengah lebih kepada ‘e’. (Contohnya) ‘Bang mau kemane bang, mampir!’,” ucap pria yang akrab disapa Babeh itu.

[Baca Juga: Baju Sadariah Khas Betawi, Hasil Akulturasi Beragam Budaya]

Sedangkan untuk Betawi Pinggir, dulu masyarakatnya bermukim di kawasan Jatinegara menuju arah selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat, sampai menuju area Jawa Barat. “Kalau Betawi Pinggir itu ‘a’-nya kuat. (Contohnya) ‘Mau ke Mana? Gua bilang juga Apa!’,” sambungnya.

Selain dari segi bahasa, kesenian sampai rumahnya pun terdapat perbedaan antara Betawi Pesisir, Betawi Tengah, dan Betawi Pinggir. Karena banyaknya modernisasi di Ibu Kota, ciri ini pun lambat laut mulai tak terlihat jelas. Namun pihak Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi tidak ingin unsur budaya ini hilang. Mengingat nanti di Zona C akan diresmikan replika kampung Betawi yang mencerminkan pola kehidupan Betawi Pesisir, Betawi Tengah, serta Betawi Pinggir.