Kesehatan
Tes COVID-19: PCR VS Antibodi, Apa Bedanya?
Tes untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 dilakukan dengan prosedur Polymerase Chain Reaction (PCR). Sampel lendir dari saluran pernapasan atas dan bawah seseorang akan diambil, kemudian diuji apakah mengandung virus penyebab COVID-19 itu atau tidak. Tes ini memakan waktu sekitar lima jam. Untuk mengetahui hasilnya pun dibutuhkan waktu sekitar satu sampai dua hari.
Melansir laman Live Science (21/03/2020), penelitian di Amerika mengembangkan tes antibodi untuk tes COVID-19. Bedanya dengan PCR, tes ini menggunakan sampel darah. Kemudian tes ini pun tidak hanya dapat menunjukkan seseorang sedang terinfeksi virus atau tidak, tetapi apakah sebelumnya dia pernah terinfeksi virus tersebut. Dengan kata lain, yang sudah sembuh pun dapat terdeteksi apabila pernah ada SARS-CoV-2 di saluran pernapasannya.

Tes yang diteliti oleh Ahli Virologi di Icahn School of Medicine, Florian Krammer beserta timnya ini telah dipublikasikan di medRxiv. Mekanisme tes bermula dengan pengambilan sampel darah. Menggunakan tes laboratorium yang disebut ELISA, peneliti akan melihat apakah ada perubahan warna apabila ada antibodi tertentu dalam sampel tersebut.

Perubahan warna ini terjadi hanya ketika antibodi itu mengenali dan mengikat protein, dalam hal ini adalah protein SARS-CoV-2. Perubahan warna itu merupakan tanda apabila seseorang pernah atau sedang melawan virus penyebab COVID-19 di tubuhnya.
Jika diterapkan pada sebuah populasi penduduk, tes antibodi ini mampu mengetahui persentase populasi orang yang pernah terinfeksi virus, termasuk yang punya gejala ringan atau bahkan tidak punya gejala sama sekali. Hasilnya, dapat diketahui juga tingkat kematian yang akurat dan gagasan yang lebih baik dari persentase kasus ringan dan berat COVID-19.
Tes antibodi yang dikembangkan di Amerika ini dapat dikatakan mirip dengan rapid test yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo di Indonesia. Mengutip detik.com (21/03/2020), rapid test di Indonesia dilakukan dengan mengambil sampel darah. Seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, dan inilah yang terdeteksi oleh rapid test.
Hanya saja rapid test ini disebut memiliki kelemahan menurut Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto.
“Hanya masalahnya bahwa yang diperiksa immunoglobulin-nya maka kita butuh reaksi immunoglobulin dari seseorang yang terinfeksi paling tidak seminggu karena kalau belum seminggu terinfeksi atau terinfeksi kurang dari seminggu pembacaan immunoglobulin-nya akan menampilkan gambaran negatif," kata Yuri.
Soal waktu, rapid test ini disebut Yuri memakan waktu yang lebih cepat dibandingkan PCR. Dengan rapid test, seseorang akan mendapatkan hasil diagnosa dalam 15-20 menit.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Properti dan Solusi
Topping Off Apartemen Antasari Place, Wujud Komitmen PDS untuk Stakeholder
01 June 2023, 07:13
Pengembang PT PDS baru-baru ini secara resmi memulai proyek apartemen Antasari Place di Jakarta Selatan melalui proses topping off.

Bisnis
Dukung Kesibukan Pekerja Hybrid, Acer Luncurkan Rangkaian Laptop Anyar
29 April 2023, 12:37
Melalui rangkaian terbaru produk Travelmate, Acer menargetkan Anda yang terbiasa bekerja secara hybrid.

Bisnis
#LengkapiCintadanKebaikan, Kampanye Astra Life Syariah untuk Berbagi dan Proteksi Diri
14 April 2023, 09:55
Dalam rangka momen Ramadan, Astra Life Syariah meluncurkan programnya yang ditujukan untuk mendorong proteksi diri bagi Muslim Tanah Air sekaligus saling berbagi.

Bisnis
Ada Teater Double Deck! Cinepolis Resmikan Bioskop Terbesarnya di Senayan Park
13 April 2023, 09:40
Jaringan bioskop internasional Cinepolis pada pekan ini secara resmi meluncurkan bioskop terbesarnya di Tanah Air yang dihadirkan di mal Senayan Park.