Viral Pelajar Masuk Sekolah Jam 5an Pagi, Pakar UGM Berikan Pandangannya

Jagat dunia maya di Tanah Air kembali dihebohkan dengan kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan. Karena pada pekan ini sebuah video viral memperlihatkan sejumlah anak SMA-SMK di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang datang ke sekolah di keadaan pagi buta alias belum terlihat pemandangan matahari. Di mana ini merupakan realisasi kebijakan dari Pemerintah Provinsi NTT yang mewajibkan pelajar tingkat SMA/SMK masuk ke sekolah pukul 05.00 WITA. Langkah ini pun menimbulkan pro kontra dari warganet Indonesia bahkan hingga pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) turut angkat suara.

Kebijakan Pemprov NTT ini disebut diambil dengan alasan guna meningkatkan mutu pendidikan di wilayahnya. Disinyalir langkah ini diambil guna menyamakan kegiatan belajar mengajar di sekolah serupa seperti di sekolah asrama. Dengan para pelajar sudah memulai kegiatan sejak pukul 05:00, baik itu untuk ibadah atau senam sebelum belajar di kelas. Selain itu dengan kebiasaan aktivitas di pasar tradisional di wilayah Kupang yang memang sudah mulai sejak pukul 03.00 WITA dan ini diharapkan bisa jadi contoh agar sekolah juga menerapkan hal yang serupa dengan masuk pukul 05.00 WITA yang jadi kebiasaan juga.

Namun pakar dari Fakultas Psikologi UGM T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog., kurang setuju dengan kebijakan tersebut. “Dalam kajian perkembangan dan pendidikan sampai saat ini belum ada studi yang menjustifikasi jika sekolah dimulai lebih pagi dan menambah lama jam sekolah memiliki signifikansi terhadap etos belajar, kedisiplinan, dan prestasi siswa. Dengan begitu kebijakan ini kurang bijaksana,” tegasnya, sebagaimana dikutip dari UGM.ac.id (2/3/2023).

[Baca Juga: Hari Pertama Sekolah, Walikota Jakarta Utara Temui Pelajar Yappenda]

Ia melanjutkan, dampak negatif malah akan terasa dari kebjiakan tersebut dari sisi perkembangan para pelajarnya. Karena terdapat efek terhadap fisik, emosi, serta kognisi dari para pelajarnya. Ambil contoh dari sisi fisik, Novi menyebut, dengan masuk lebih pagi maka mereka juga harus siap bangun lebih pagi sehingga mempengaruhi kualitas tidurnya yang juga memiliki dampak terhadap kondisi fisiknya. Tak lupa dengan jam pelajaran yang bergeser lebih pagi juga dapat memicu rasa lelah kronis yang justru bisa berdampak menurunnya imun tubuh. Bahkan terdapat potensi para pelajar di NTT itu pergi ke sekolah tanpa bisa sarapan karena khawatir tidak sempat dan berimbas ke konsentrasi belajarnya.

“Kebijakan tersebut juga kurang empatik dan komprehensif karena tidak mempertimbangkan kondisi sosial siswa dan guru. Dari investigasi beberapa media tercatat tidak semua anak punya kendaraan sendiri sehingga harus menyewa lebih mahal ada juga orang tua yang mengeluh tidak bisa pergi bekerja karena harus mengantar anaknya dahulu. Kebijakan ini jadi kurang terlihat memanusiakan,” tambahnya.