Waspadai Tren Penjualan dan Mempekerjakan Anak di Bawah Umur

Orangtua mana yang rela jika anaknya menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking. Perdagangan manusia sendiri ialah perekrutan, pengiriman, atau penampungan orang-orang dengan cara ancaman atau kekerasan demi tujuan eksploitasi. Penyalahgunaan ini biasanya hanya menguntungkan satu pihak saja.

Maka, peran orangtua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah tentu harus bersinergi demi bisa memutus mata rantai praktik trafficking. Tak hanya itu, orangtua sebagai sosok yang paing dekat dengan sang anak juga harus mampu meningkatkan keterampilan sebagai orangtua dalam membangun kedekatan emosional, dari sisi psikologis dan mampu menjadi kawan dan tempat berbagai pada anak-anak remaja.

[Baca Juga: Sudahkah Anda Miliki Kartu Pekerja?]

Karena bukan tak mungkin, banyak remaja yang memilih keluar dari rumah diakibatkan hubungan dengan orangtua yang kurang harmonis.

Tren mempekerjakan anak di bawah umur juga masih menjadi momok yang sulit dihilangkan di Indonesia. Banyak orangtua yang tega mempekerjakan anak sendiri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga menghambat hak bermain dan belajarnya.

Untuk itu, bertepatan dengan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 12 Juni, Pemerintah terus melakukan pembenahan dengan mempercepat terwujudnya peta jalan Indonesia bebas pekerja anak tahun 2022.

[Baca Juga: Perempuan Pekerja Merasa Lebih Stres Dibandingkan Pria]

Dilansir dari Kemenpar.go.id pada Kamis, (13/6/2019) salah satu pembenahannya dilakukan dengan kegiatan Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) dan Pencanangan Zona Bebas Pekerja Anak.

Program PPA-PKH ini merupakan kegiatan menarik untuk pekerja anak dari Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan putus sekolah agar dikembalikan ke satuan pendidikan melalui pemberian pendampingan. Bukan cuma itu, kawasan-kawasan industri di seluruh Indonesia pun menjadi target prioritas program bebas pekerja anak di bawah umur.