Kesehatan
Zoonosis, Kata yang Jadi Akrab di Telinga Kala Pandemi COVID-19
Penyakit COVID-19 yang disebabkan Virus Corona baru bernama SARS-CoV-2 membawa masyarakat semakin akrab dengan kata zoonosis.
Zoonosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, virus, atau jamur yang bersifat parasit, dan menyebar dari hewan ke manusia. Mikroorganisme itu ditularkan melalui kontak fisik secara langsung melalui udara, air, ataupun inang perantara seperti serangga. Melansir Live Science (02/04/2020), bakteri, virus, dan jamur ini tidak memengaruhi hewan yang mereka tinggali, tetapi jadi malapetaka bagi manusia yang tidak punya daya tahan tubuh baik untuk melawan mereka.

Jika manusia melakukan kontak dekat dengan hewan, terlebih lagi terkena bagian tubuhnya seperti darah, ludah, atau urin, dan kebetulan itu mengandung patogen pembawa penyakit, di situlah manusia akan terkena zoonosis.
Zoonosis setidaknya menyumbang satu miliar kasus penyakit pada manusia dan satu juta kematian setiap tahun. Sekitar 60 persen penyakit yang dilaporkan di dunia tergolong ke dalam zoonosis, dan 75 persen patogen atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada manusia dalam tiga puluh tahun terakhir berasal dari hewan.
Jika penyakit zoonosis terjadi di tingkat daerah, maka dia dinyatakan endemi. Apabila tak ditangani dengan baik dan akhirnya menyebar di tingkat negara, penyakit itu akan berstatus wabah. Hingga menyebar ke negara lain dan menjadi penyakit tingkat antar negara, statusnya menjadi epidemi. Terparah, seperti COVID-19 karena mendunia, zoonosis akan menyandang status pandemi.

COVID-19 sendiri termasuk zoonosis karena SARS-CoV-2 pada awalnya berasal dari hewan. Peneliti penyakit infeksi di The Scripps Research California Kristian Andersen mengatakan, Virus Corona baru berasal dari kelelawar dan tertular ke manusia lewat hewan peralihan, beberapa peneliti mengatakan bahwa kemungkinan hewan peralihan ini adalah trenggiling.
Zoonosis lainnya seperti demam berdarah, malaria, chikungunya, SARS, dan MERS. Virus penyebab SARS sendiri diduga oleh para ahli berasal dari kelelawar lalu menular ke musang, sedangkan MERS-CoV dari unta.
Penelitian terkini tentang virus penyebab zoonosis yang dibiayai U.S Agency for International Development (USAID) menunjukkan, kalau ada lebih dari 1,6 juta virus yang belum diketahui pada unggas dan mamalia..
Menghadapi jumlah zoonosis yang banyak ini menjadikan pembatasan kontak antara manusia dan hewan liar sebagai langkah efektif, guna mengurangi risiko munculnya zoonosis baru. Usaha nyata yang dapat dilakukan manusia di antaranya tidak mengonsumsi hewan liar yang berbahaya dan turut menjaga habitat hewan liar.
berita terkait
berita terpopuler
Artikel Lainnya

Kecantikan dan Fashion
Bulu Mata Menjulang dengan Maybelline Sky High Waterproof Mascara
02 July 2022, 12:51
Maybelline Sky High Waterproof Mascara ini mengandung ekstrak bambu dan fiber yang dapat membantu memanjangkan dan menebalkan bulu mata.

Hobi dan Hiburan
Hadirkan Full Team, Tiket Konser Pre-sale 1 & 2 Dewa 19 di Candi Prambanan Ludes!
01 July 2022, 15:58
Dengan kehadiran formasi lengkap, empat vokalis dan dua drummer di satu panggung, pemesanan tiket konser 30 Tahun Dewa 19 di Candi Pramabanan jenis pre-sale satu serta dua telah habis dengan tiket harga normal yang saat ini tersedia.

Bisnis
Melalui Flexi Hospital & Surgical, Astra Life Gaungkan Asuransi Kesehatan Cashless
01 July 2022, 14:44
Demi mengikuti tren digitalisasi serta iklim cashless yang bersifat kekinian, Astra Life juga memiliki produk asuransi kesehatan yang bersifat non-tunai.

Berita Kawasan
Setelah Dihancurkan di Masa Penjajahan, Gapura Chinatown di Jakarta Kembali Berdiri
01 July 2022, 10:42
Baru-baru ini gapura Chinatown di kawasan Glodok Jakarta kembali diresmikan usai proyek restorasinya pasca-puluhan tahun yang lalu dihancurkan tentara Jepang.